20100110

PERSATUAN DAN PERJUANGAN (H.M. Abduh Paddare)

PERSATUAN DAN PERJUANGAN
Drs. H.M. Abduh Paddare

Setelah KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) di bubarkan, terdapat adanya kekosongan bagi kegiatan kemahasiswaan. Padahal di sisi lain masalah-masalah kemasyarakatan yang sedang bergolak dari kehidupan negara disebabkan oleh suhu politik yang meningkat. Beberapa hal di atas tadi merupakan suatu stagnasi dari kehidupan sosial yang tertentu, di mana kondisi kemasyarakatan berada pada kesakitan. Oleh karena itu, muncullah suatu kewadahan sebagai alternatif terhadap kekosongan tersebut. Wadah itu disebut sebagai forum Kelompok Cipayung, dan forum ini antara lain adalah untuk kembali dan ikut serta dalam pergumulan kehidupan sosial dewasa ini.
Proses pembentukan Kelompok Cipayung seolah tidak mulus, sebab sebelum proses ini organisasi mahasiswa dibayang-bayangi oleh sejarah, terutama menyangkut aspek politik yang sempit. Namun, hal-hal di atas tadi dapat diselesaikan berdasarkan pengertian dan pemahaman di antara organisasi-organisasi mahasiswa yang bersangkutan. Dalam perkembangan kegiatan Kelompok Cipayung selama ini, timbullah kebersamaan antarorganisasi mahasiswa untuk menghadapi persoalan-persoalan sosial serta gejolak-gejolak politik. Ada kesepakatan untuk kerja sama, tanpa mengenal perbedaan di antara pelbagai macam-ragam untuk mencapai tujuan bersama. Kesemua itu, bermula pada pergumulan dari diri sendiri serta menata persatuan dalam aspek pemikiran bagi kerja sama antarorganisasi mahasiswa.
Dalam pengalaman-pengalaman saya ketika terlibat dari pola kegiatan Kelompok Cipayung, saya merasa bahwa ada sesuatu pola tersendiri di mana pola ini mempunyai target dan tujuan yang berpusat pada kesadaran moral, sehingga untuk peningkatan kegiatan Kelompok Cipayung pertama-tama kali adalah membina tatanan moral, terutama tatanan moral kepentingan rakyat. Keberhasilan kegiatan tersebut antara lain berupa kajian-kajian, dan setiap kajian ini berasal dari pemikiran-pemikiran konstruktif terhadap pembangunan nasional. Di sisi lain, keberhasilan tersebut bagi pihak pemerintahan. adalah sikap responsif di mana kajian ini menanggapi koreksi-koreksi yang timbul dari pengelolaan negara secara kongkrit dan obyektif.
Kelompok Cipayung menurut saya, bahwa sebagian besar dari pembentukan Kelompok Cipayung disebabkan akibat dari proses penyelenggaraan Orde Baru, terutama dampak strategi pembangunan nasional. Pembangunan nasional sendiri harus dilihat sebagai suatu penilaian dari pandangan yang jauh untuk keberhasilan aspek-aspek kebutuhan rakyat yang terbanyak. Dalam rangka keberhasilan pembangunan nasional yang optimal dan cepat, bagaimanapun juga terdapat adanya pengorbanan-pengorbanan. Namun, pengorbanan-pengorbanan itu bukan untuk menghancurkan kebebasan dan martabat manusia, melainkan mendorong setiap kegiatan dari tahap-tahap kemajuan bangsa berdasarkan asas Pancasila untuk mempertahankan keberadaan kekuatan negara. Dalam menanggapi pembangunan nasional, Kelompok Cipayung telah mengeluarkan gagasan-gagasan bagi terciptanya kondisi sosial yang belum diwujudkan sebagaimana layaknya dari tatanan dan strategi Orde Baru.
Perkembangan kegiatan Kelompok Cipayung bermula dari unsur-unsur primordialisme yang bergabung, dan saling berbeda hakikat setiap unsur. Hakikat unsur tersebut, terdiri atas organisasi-organisasi HMI dan PMII yang mengarah pada ajaran agama Islam, PMKRI dan GMKI berorientasi filosofi Kristen, sedangkan GMNI berdasarkan asas nasionalisme. Unsur-unsur itu berpegang pada asas kebersamaan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, namun di sisi lain prinsip hakikat setiap organisasi tetap terjaga. Untuk mengeluarkan. gagasan-gagasan pikiran dari hal-hal di atas, saya melihat seperti suatu pergumulan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipal antara unsur-unsur dalam Kelompok Cipayung. Di samping pihak, keberhasilan penggumulan itu semakin lama semakin perkukuh jati di antarorganisasi mahasiswa.
Berangkat dari bahasan di atas tadi, Kelompok Cipayung merupakan salah satu generasi muda untuk meningkatkan pertumbuhan kesatuan bangsa dan mempengaruhi terhadap pengelolaan kecerdasan bagi setiap warga negara. Beberapa organisasi kepemudaan dalam bentuk-bentuknya sebenarnya hampir sama dengan pola dan corak Kelompok Cipayung, karena wadah ini dapat menjalani dari wawasan Kelompok Cipayung. Akan tetapi wadah tersebut, tingkah laku kegiatannya rata-rata mendekati sedemikian rupa oleh kalangan tertentu di luar wadah ini, sehingga kegiatan ini cenderung menjadi tumpul bagi kepekaan persoalan-persoalan negara. Di sisi lain, wadah itu bukanlah ajang persaingan antarintelektual untuk hal-hal tertentu tetapi menjurus kepada persaingan-persaingan untuk merebut status kekuasaan semata-mata. Kesimpulan semacam itu saya sudah dirasai, karena saya mengalami kegiatan-kegiatan wadah di atas tadi sebagai salah satu fungsionaris.
Pengalaman-pengalaman lain ketika saya sedang aktif dari kegiatan-kegiatan Kelompok Cipayung, dan sekaligus tentang kesan-kesan saya adalah hubungan antarpribadi di antara organisasi-organisasi mahasiswa. Sebelumnya nama-nama Soerjadi, Eko Tjokrodjojo, Binsar Sianipar, dan lain-lain, saya tidak mengetahui nama-nama tersebut secara terinci. Kemudian, saya melihat adanya pertemuan-pertemuan multireteral (antarorganisasi mahasiswa) yang terdiri dari HMI, GMNI, PMKRI, dan GMKI. Hasil dari pertemuan tersebut rata-rata sangat berarti dan sangat bermanfaat, terutama menyusuri cita-cita bangsa berupa memorandum Kesepakatan Cipayung pada tahun 1972.
Oleh karena itu, saya sebagai Ketua Umum PB PMII menyetujui bahwa PMII harus masuk ke dalam pertemuan multiteral sebagai anggota penuh. Nama-nama di atas tadi yang ditandatangani oleh memorandum itu, lambat-laun nama-nama ini bukan nama-nama sebagai orang asing tetapi seperti monolitik persaudaraan meskipun unsur-unsur ini sangat berbeda antara kita. Di sini lain, apabila hubungan antarpribadi dihilangkan maka hubungan formal kegiatan kerja sama tersebut cenderung menjurus pada hubungan yang kaku dan beku, tanpa emosi.
Dua puluh tahun saya keluar dari organisasi PMII, dan manfaatnya adalah, hubungan antarpribadi dan antarorganisasi mahasiswa. Sebab saya melihat, organisasi-organisasi mahasiswa yang bernaung pada wadah Kelompok Cipayung merupakan suatu pergumulan dari diri sendiri, persaingan intelektual untuk menatap horison masa depan, serta menghadapi gejolak-gejolak sosial berdasarkan etik-etik moral dari kebersamaan. Memang seperti suatu pergumulan untuk mewujudkan perjuangan dan persatuan bagi tantangan generasi muda, khususnya Kelompok Cipayung sebab ada target-target yang nyata dalam sekelompok kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan bangsa.

rs. H.M. Abduh Paddare- Mantan Ketua umum PB PMII

Tidak ada komentar:

Posting Komentar