20100110

KELOMPOK CIPAYUNG BARU (Eki Syachrudin)

KELOMPOK CIPAYUNG BARU
Eki Syachrudin

Periode KAMI berhenti dari kegiatan-kegiatannya karena tugas-tugasnya telah selesai. Tugas KAMI antara lain adalah memberantas. PKI dan penganut-penganutnya, turun harga-harga barang, dan melenyapkan 100 menteri dalam pemerintahan Soekarno. Setelah itu menimbullah gejala-gejala sosial yang baru, yang berada dalam tugas-tugas KAMI, khususnya harapan dan target pembangunan nasional. Pertemuan-pertemuan tersebut disebut sebagai Kelompok Cipayung.
Dalam rangka menata kegiatan-kegiatan di atas tadi, Kelompok Cipayung bukanlah bersifat kesendirian dan eksklusif melainkan bersama-sama dan terlibat untuk menghadapi persoalan-persoalan sosial. Di sisi lain, kesemua ini membuka peluang untuk saling memberikan perhatian semua organisasi yang bersangkutan misalnya, PM bukan semata-mata memperhatikan diri sendiri yakni umat Islam tetapi juga memperhatikan kepada umat Katolik, marhaenis, malahan kejawen. Sebaliknya, PMKRI bukan hanya memikirkan kepentingan umat Katolik melainkan juga kepentingan-kepentingan umat Islam, marhaenis, kejawean, dan lain-lain. Hal-hal itu, sebenarnya sebagai modal investasi dalam rangka sejarah generasi muda, terutama persatuan bangsa.
Dalam periode yang lalu, kajian-kajian Kelompok Cipayung berpusat pada pemikiran-pemikiran kritis dan peka terhadap masalah-masalah sosial-politik dan ekonomi. Kajian-kajian tersebut didasari oleh kemauan, keberanian, kemandirian, serta di sisi lain tindakan kajian ini berada di depan untuk merumuskan pemecahan-pemecahan terhadap gejolak sosial. Kajian tersebut kadang-kadang terdapat adanya kata-kata yang menusuk terhadap pihak pemerintahan, namun dalam tujuan kajian ini bukan memperondakan struktur kekuasaan yang sedang berlangsung, melainkan tertuju pada tindakan-tindakan sosial yang merugikan hakikat bangsa.
HMI, PMKRI, GMNI, GMKI, dan PMII merupakan aset dari suatu wadah pergerakan kemahasiswaan, sebagai tombak pemikiran obyektif terhadap persoalan-persoalan negara, sebagai kekuatan moral-politik, sebagai kebutuhan generasi muda menurut biologisnya. Kesemua ini berhimpun dalam forum Kelompok Cipayung, dan sekaligus kekuatan yang besar dari kelompok pemuda dewasa ini, yang kadang-kadang menerobos dari tirai-tirai kekuatan berpolitik sebagai pemikiran kritis.
Gaung kelompok Cipayung beberapa tahun lalu terdengar dan seolah sikap vokal di antara masalah-masalah sosial. Gaung itu pertanda bahwa ada gejala-gejala pembaruan dari kondisi politik untuk memperbaiki iklim negara yang belum sempurna. Saya merasa, dampak gaung itu menuju pada perbaikan positif terhadap pemerintahan dan titik berat tertumpu pada harapan bangsa dengan mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
Di sisi lain, unsur-unsur wadah Kelompok Cipayung terdiri atas hakikat pelbagai macam-ragam, dan di belah dari unsur-unsur ini yang saling berbeda misalnya, hakikat agama dan hakikat ideologi. Namun, untuk menghadapi gejolak-gejolak sosial yang berkaitan dengan kebangsaan, unsur-unsur itu serempak bergabung untuk mewujudkan tindakan-tindakan, terutama atas penderitaan dan penindasaan sesama manusia. Dampak dari gaung itu merasa oleh masyarakat yaitu, membenahi diri untuk memasuki kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial didasari oleh kepentingan dan kebutuhan mereka.
Dalam perkembangan sosial-budaya, terdapat gelombang terhadap statistik perubahan seperti fluktuasi; kadang-kadang maju pesat atau sebaliknya yakni, kembali mundur selangkah dalam mencapai tujuan yang bersangkutan. Dewasa ini, gaung Kelompok Cipayung seakan-akan hampir sedang sima, malahan tidak lagi peka terhadap gejolak-gejolak sosialnya. Di lain pihak, setiap organisasi mahasiswa seakan berlomba-lomba untuk meraih status kedudukan politik, kadang-kadang terdapat persaingan antarorganisasi mahasiswa yang cenderung sangat negatif. Kebersamaan Kelompok Cipayung sudah meluntur, mungkin disebabkan karena ketidakpercayaan antara organisasi-organisasi yang bersangkutan, atau mungkin direkayarasa dari target diri sendiri. Kalau kebersamaan Kelompok Cipayung dihambat oleh diri sendiri, bagaimana menghadapi kebersamaan yang lebih luas yakni, kebersamaan nasional?
Saya tersentuh dan prihatin terhadap wadah Kelompok Cipayung, seakan-akan tenggelam tanpa alasan yang sangat prinsipal. Padahal kondisi politik dewasa ini sedang bergolak, kadang-kadang berdasarkan emosi saya, Kelompok Cipayung dibubarkan saja bahkan lebih jauh yakni, organisasi-organisasi mahasiswa dibubarkan sebab organisasi tersebut tidak ada manfaatnya bagi kemasyarakatan. Organisasi masyarakat masing-masing untuk mengungkapkan pendapatnya hampir dibelenggu dari diri sendiri, atau tidak diperhatikan sesama organisasi lain.
Untuk menghidupkan kembali Kelompok Cipayung secara semula, saya kira tergantung pada sikap organisasi mahasiswa yang sedang aktif. Kelima organisasi dulu dianggap sebagai ‘sehidup-semati’ sekarang ini terpecah-belah antara kelima organisasi karena kendala-kendala interorganiasasi masing-masing. Selama dua puluh tahun lebih, Kelompok Cipayung dikenal sebagai kebersamaan yang kompak; sekarang ini hampir tidak berbekas lagi kegiatan-kegiatannya. Kelemahan-kelemahan dari kesemua itu antara lain adalah, Kelompok Cipayung terkungkung dari cakrawala yang sempit, tidak ada lagi
kepercayaan sepenuhnya dalam kebersamaan.
Untuk itu, sistem Kelompok Cipayung harus dirombak secara total. Kelompok Cipayung yang dulunya dikuasai oleh para aktivitis, pengurus besar atau pengusat pusat organisasi mahasiswa, terbatas pada target pemasukan sekelilingnya serta pemikiran-pemikiran beberapa orang. Informasi dari mereka kadang-kadang tidak lengkap dalam perinciannya, bahkan terdapat adanya kesalahpahaman terhadap informasi ini. Oleh karena itu, model dan pola Kelompok Cipayung akan diperluas bukan saja struktur organisasi mahasiswa yang lama, melainkan juga keseluruhan organisasi pemuda untuk masuk ke dalam kegiatan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Saya melihat bahwa Kelompok Cipayung yang lampau, yang pohonnya ditanam ke dalam sebuah pot yang sempit, dipajang sedemikian rupa sebagai serumpun bunga dari pot hiasan. Memang cantik dan diatur sehingga sehingga masyarakat masyarakat rata-rata melihat dan menarik. Di sisi lain perkembangan kegiatan Kelompok Cipayung dalam wawasannya hanya terbatas pada sebidang pot, sehingga tidak mengakar dan tidak menyebar di luar pot. Itulah yang saya lihat.

Eki Syachrudin - Mantan Ketua Pengurus Besar HMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar