20100110

INDONESIA YANG KITA CITA-CITAKAN (Ir. Akbar Tandjung)

INDONESIA YANG KITA CITA-CITAKAN
Ir. Akbar Tandjung

Kelompok Cipayung merupakan forum yang menghimpun organisasi-organisasi mahasiswa ekstra universitas sebagai wadah untuk membangun komunikasi antar generasi muda yang mengedepankan komitmen menuju perubahan yang lebih baik.
Kehadiran Kelompok Cipayung didasari oleh semangat untuk terus membina generasi muda, khususnya pasca tragedi G 30 S / PKI dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tidak berjalan sesuai dengan semestinya. KAMI merupakan wadah bagi generasi muda, khususnya kalangan mahasiswa yang anti-komunis dalam pergolakan politik pada tahun 1965-1966, KAMI bersama elemen-elemen anti-komunis lain bahu-membahu melawan kelompok komunis (PKI) dan menjadikan komunisme sebagai musuh bersama (common enemy).
Namun demikian dalam perkembangannya, pergerakan KAMI semakin lama semakin surut. Pada tahun 1968, mereka yang tergabung di dalam organisasi KAMI secara sadar menyatakan tidak mungkin lagi keberadaan KAMI dipertahankan karena dalam setiap menghadapi persoalan tidak tercapai kesepakatan bersama. Pada kenyataannya, di setiap elemen-elemen yang ada di dalam KAMI, selalu gagal dalam merumuskan sikap dan pandangan bersama dalam merespons isu-isu yang berkembang baik isu-isu politik maupun non-politik. Oleh sebab itulah anggota KAMI pada tahun 1968 mengadakan rapat diskusi farewell meeting di Jl. Pegangsaan Timur, Jakarta.
Walaupun KAMI sudah tidak ada lagi, namun semangat generasi muda, khususnya di kalangan mahasiswa untuk berhimpun dan bekerja sama tetap kuat. Pada tahun 1970, dalam usaha meredam aksi-aksi yang di lakukan oleh KAMI, pemerintah berusaha membentuk National Union of Students (NUS) guna mengalihkan perhatian mahasiswa yang tergabung dalam organisasi-oarganisasi yang ada dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam organisasi buatan pemerintah tersebut melibatkan Dewan Mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi dan tokoh-tokoh organisasi mahasiswa. Namun upaya tersebut menemui kegagalan karena terdapat perbedaan-perbedaan kepentingan dimana berbagai kalangan mahasiswa yang ada dalam elemen tersebut tidak sepenuhnya murni dalam mempertahankan idealisme.
Dibalik dua pengalaman tersebut, yakni bubarnya KAMI dan gagalnya pembentukan NUS, semakin menginspirasi kalangan mahasiswa untuk membangun suatu kebersamaan di tengah-tengah latar belakang yang berbeda-beda.
Upaya tersebut menorehkan hasil yang positif setelah beberapa tokoh organisasi kemahasiswaaan yang ada saat itu sepakat untuk mendeklarasikan Kesepakatan Cipayung pada 22 Januari 1972. Kesepakatan Cipayung tersebut ditandatangani oleh Akbar Tandjung (Ketua Umum PB HMI), Soerjadi (Ketua Umum DPP GMNI), Chris Siner Key Timu (Ketua Presidium PP PMKRI), dan Binsar Sianipar (Ketua Umum PP GMKI).
Para pendiri Kelompok Cipayung memiliki suatu visi yang sama tentang Indonesia yang Kita Cita-citakan yakni dimana visi dari kesepakatan tersebut berpedoman kepada Indonesia yang sesuai dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu menuju masyarakat yang adil dan makmur serta mencapai spiritual dan material yang berdasarkan Pancasila.
Indonesia yang dicita-citakan adalah Indonesia yang kuat bersatu, cerdas dan modern, demokratis dan adil menjunjung tinggi martabat manusia serta mempunyai wibawa hukum, bebas dari ketakutan dan penindasan, berperan aktif dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia.
Menurut Kelompok Cipayung, Indonesia yang Kita Cita-citakan hanya mungkin dicapai dari pembangunan yang dilakukan dengan kerja keras, jujur, hemat yang dilandasi semangat pioneer melalui pengorbanan yang dilaksanakan atas pikiran dan tekad bersama, hubungan yang erat dan terarah dari generasi ke generasi bangsa dengan tidak mengenal perbedaan agama, suku, umur, dan golongan. Kesepakatan Cipayung yang dihasilkan dari Kelompok Cipayung akhirnya menegaskan perlunya generasi penerus yang merupakan generasi pembangun yang memiliki ciri khas yaitu bebas dan terbuka, positif, bersifat kritis, dinamis, jujur dan berdedikasi, dan berani menerima serta memikul tanggung jawab masa depan bangsa dan negara dalam mencapai Indonesia yang Kita Cita-citakan.
Kelompok Cipayung memiliki sejumlah peran penting dan strategis dalam perkembangan dunia kepemudaaan di tanah air khususnya pada awal era Orde Baru. Secara nyata, Kelompok Cipayung telah menegaskan tentang visi Indonesia yang Kita Cita-citakan, di mana visi tersebut mampu menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk berhimpun dalam kebersamaan dalam membangun bangsa. Visi tersebut harus dikembangkan oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan yang menjadi perintis dan diimplementasikan ke dalam berbagai program dan kegiatan bersama, termasuk dalam hal ini mengupayakan program pendidikan politik sebagai kader-kader bangsa. Dalam perkembangannya, kehadiran Kelompok Cipayung turut memberikan inspirasi bagi kelahiran Komitme Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), sebagai wadah berhimpun pemuda Indonesia, pada tahun 1973.
Hadirnya era reformasi sejak 1998 yang dipelopori oleh generasi muda, tidak dapat dilepaskan dari instrospeksi dan otokritik yang mendasar atas pengalaman sejarah kehidupan bangsa di berbagai bidang selama 32 Orde Baru. Reformasi menghendaki perubahan mendasar di berbagai bidang, baik politik, ekonomi, hukum, sosial-budaya hingga tata-nilai bangsa kearah yang lebih demokratis dan ideal. Selama era reformasi ini tercatat bahwa dalam bidang politik telah terjadi perubahan sistem politik yang demokratis. Hal ini terjadi ketika UUD 1945 telah diamandemen, sehingga menjadikan perubahan sistem politik dan ketatanegaraan kita yang mengarah pada konstitusional.
Namun demikian walaupun perubahan telah terjadi, tetapi upaya untuk mewujudkan Indonesia yang Kita Cita-citakan masih membutuhkan perjuangan yang panjang, khususnya dari segenap generasi muda Indonesia. Untuk mewujudkan Indonesia yang kuat bersatu, cerdas dan modern, demokratis dan adil menjunjung tinggi martabat manusia dan wibawa hukum, bagaimanapun diperlukan upaya yang terus-menerus dari segenap elemen bangsa. Demikian pula untuk menciptakan Indonesia yang sehat dan makmur, bebas dari ketakutan dan penindasan, berperanan dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia, dan layak bagi tempat dan kehidupan manusia selaku makhluk Tuhan.
Kelompok Cipayung yang menegaskan visi Indonesia yang Kita Cita-citakan dengan dekimian masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia pada era reformasi ini. Bagaimana kita masih memerlukan proses pembangunan yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang senantiasa bekerja keras, jujur, hemat, yang dilandasi semangat pioneer melalui pengorbanan.
Pada era reformasi ini, timbul kekhawatiran akan mengedepannya fragmentasi politik dan sosial dalam masyarakat. Demokrasi politik Indonesia ditopang oleh banyak partai politik (multi partai), di tengah-tengah realitas pluralisme bangsa. Berbagai dinamika sosial yang ada pada era reformasi ini masih sering memperlihatkan adanya kelompok-kelompok yang anti-toleransi dan mengedepankan sentimen-sentimen primordial yang fatal. Tentu saja fenomena demikian harus diakhiri, dan sebaliknya diciptakan suatu tekad bersama dengan tidak mengenal perbedaan agama, suku daerah, umur, dan golongan, bahu-membahu dalam mewujudkan Indonesia yang Kita Cita-citakan.
Tantangan yang dihadapi generasi muda di era reformasi ini tak kalah beratnya dibandingkan dengan yang pernah terjadi di masa lalu. Berpijak pada pengalaman sejarah dan kiprah Kelompok Cipayung, maka dapat dipetik hikmah bahwa generasi muda harus senantiasa berpikir positif dan optimis dalam menatap masa depan, serta senantiasa mengupayakan persaudaraan dan kesatuan di kalangan generasi muda khususnya dan segenap elemen bangsa pada umumnya.

Ir. Akbar Tandjung - Ketua Umum PB HMI 1971-1973

Tidak ada komentar:

Posting Komentar