20100110

PENGALAMAN KELOMPOK CIPAYUNG
Dr. Paulus Januar, drg, MS

Membicarakan Kelompok Cipayung tidak dapat dilepaskan dari pengalaman dialog yang intensif dan terus-menerus mengenai persoalan masyarakat dan bangsa yang dijalankan dalam kebersamaan. Pengalaman menunjukkan, pemikiran yang didasari saling pemahaman mengenai pola pikir dan sudut pandang yang berbeda pada akhirnya sangat memperkaya dan memperluas wawasan.
Namun terdapat pula kelemahan Kelompok Cipayung yakni, kebersamaan lebih banyak pada tingkat pusat dan kurang menetes ke bawah, yakni ke tingkat basis di cabang-cabang. Hingga sedikit banyak keadaan tersebut mempengaruhi proses regenerasi Kelompok Cipayung.
Pada dekade 1970-an pimpinan organisasi-organisasi yang terhimpun dalam Kelompok Cipayung merupakan generasi yang terlibat dalam proses berdirinya Kelompok Cipayung. Sedang pada dekade 1980-an, para pimpinan organisasi-organisasi yang tergabung dalam Kelompok Cipayung dapat dikatakan sebagai generasi yang masih memiliki kedekatan dengan para pendiri Kelompok Cipayung. Namun, pada dekade berikutnya, pimpinan organisasi-organisasi tersebut berasal dari mereka yang pada masa sebelumnya tidak mendapatkan pengalaman yang intensif berinteraksi dalam Kelompok Cipayung di cabang masing-masing.
Kehidupan kemasyarakatan yang semakin mencekam juga turut mempengaruhi intensitas aktualisasi dialog Kelompok Cipayung. Hal ini terlihat dalam kehidupan masyarakat, terutama pada masa 1980-an dan setelahnya. Dalam hal ini semakin ketatnya pengendalian kehidupan kampus, perubahan sistem pendidikan tinggi dengan diperkenalkannya SKS, serta semakin menguatnya pengawasan terhadap kehidupan masyarakat, kesemuanya memberikan pengaruh terhadap kiprah Kelompok Cipayung.
Secara lebih khusus lagi, dengan diberlakukannya undang-undang organisasi kemasyarakatan pada tahun 1985 menunjukkan semakin ketatnya proses penataan yang juga diberlakukan terhadap organisasi-organisasi anggota Kelompok Cipayung. Memang pada waktu berlangsungnya proses pembahasan undang-undang organisasi kemasyarakatan, berlangsung pula dialog yang sangat intensif dalam Kelompok Cipayung yang menyangkut permasalahan asas serta jati diri organisasi, otonomi organisasi, juga pertanyaan yang timbul mengenai "pembinaan" oleh pemerintah.
Namun, setelah ditetapkannya UU tersebut, organisasi-organisasi yang terhimpun dalam Kelompok Cipayung mau tidak mau terlibat dalam pekerjaan rumahnya masing-masing untuk membenahi diri sendiri. Hal ini karena dengan ditetapkan UU organisasi kemasyarakatan, organisasi-organisasi tersebut perlu melakukan perubahan-perubahan seturut perkembangan yang berlangsung, hingga dalam kesibukan masing-masing, Kelompok Cipayung mulai menyurut dan mencari bentuknya lagi.
Walaupun perannya sudah agak menyurut, namun kebersamaan model Kelompok Cipayung tetap perlu dipertahankan bahkan diperluas. Bila dalam interaksi dengan kelompok lain memperoleh pengalaman yang traumatis, maka pengalaman ini akan cenderung terbawa terus. Sedangkan dalam Kelompok Cipayung, kebersamaan yang berlangsung akan menjadi pengalaman yang baik di samping itu juga akan menumbuhkan pemahaman yang mendalam terhadap golongan-golongan lain yang terdapat di masyarakat. Hal ini niscaya akan menjadi bekal yang sangat bermakna bagi pengembangan Indonesia yang kita cita-citakan sebagaimana dicanangkan pada kesepakatan pendirian Kelompok Cipayung di tahun 1972.
Memang terdapat pemikiran bahwa kebersamaan tersebut dapat terbina secara lebih meluas pada KNPI yang didirikan pada tahun 1973. Bahkan ada yang memandang Kelompok Cipayung sebagai tandingan KNPI, padahal pandangan tersebut tidak benar sebab Kelompok Cipayung sudah didirikan setahun sebelum KNPI dibentuk. Kebersamaan tidak dapat sepenuhnya tercapai dalam KNPI, karena sebagaimana diketahui ternyata KNPI belum dapat sepenuhnya menjadi forum komunikasi generasi muda seperti yang diharapkan, serta di samping itu tarikan-tarikan kepentingan kekuasaan masih sangat mempengaruhi kemandirian KNPI.
Kalau dalam masa sebelumnya, keprihatinan Kelompok Cipayung terutama persoalan menegakkan demokarsi dan perwujudan keadilan sosial, maka untuk masa mendatang agenda pergumulan Kelompok Cipayung agaknya perlu diperluas antara lain mencakup masalah perwujudan hak-hak asasi manusia serta lingkungan hidup. Bagi Indonesia yang dicita-citakan perlu diwujudkan pembangunan yang berkelanjutan, serta penghargaan akan martabat kemanusiaan, karena pada hakikatnya pembangunan harus bersifat menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan masyarakat, hingga pembangunan bukan hanya untuk membangun gedung-gedung dan pabrik saja.
Perjalanan Kelompok Cipayung menunjukkan keprihatinan yang mendalam terhadap masalah-masalah kemasyarakatan, sebagai upaya melakukan partisipasi kritis untuk mendukung terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara secara lebih baik. Bagi upaya menyongsong masa mendatang, pengalaman kebersamaan dalam Kelompok Cipayung akan menjadi khasanah yang besar sekali maknanya. Pengalaman menunjukkan, kebersamaan dalam Kelompok Cipayung telah mewujudkan tanggung jawab yang teguh bagi perwujudan Indonesia yang kita cita-citakan sebagaimana dikemukakan pada pernyataan berdirinya Kelompok Cipayung di tahun 1972. Suatu hal yang sangat besar sekali artinya, kesemua itu dijalankan dalam kebersamaan organisasi-organisasi mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda-beda, namun membangun kebersamaan dalam Kelompok Cipayung.
Demikian pula pengalaman wacana sehubungan dengan penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas yang berlangsung sekitar tahun 1982-1985, ternyata memberikan arti yang sangat besar bagi kebersamaan Kelompok Cipayung. Dari pembahasan yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama dan menghabiskan sekian banyak energi tersebut, kemudian semakin memperkokoh jati diri Kelompok Cipayung. Semakin disadari perlunya saling pemahaman dan penghargaan akan prinsip-prinsip yang berangkat dari latar belakang masing-masing, namun merupakan bhinneka tunggal ika berdasarkan suatu landasan bersama yakni, Pancasila. Pengalaman pengembangan kebersamaan yang sangat berharga ini, tentunya dapat memberikan sumbangsih bagi perjalanan selanjutnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Memang harus diakui tantangan di masa mendatang akan semakin berat. Namun, dinamika pengalaman kebersamaan yang selama ini terdapat dalam Kelompok Cipayung, niscaya mampu memberikan dharma baktinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara untuk semakin mendekatkan diri kita pada Indonesia yang dicita-citakan yakni, masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila.

Dr. Paulus Januar, drg, MS - Ketua Presidium PP PMKRI 1985-1988

2 komentar:

  1. Mudah-mudahan ada yang masih punya idealisme. Sekarang jamannya cari untung sendiri kan ..?

    BalasHapus
  2. Terima kasih, marilah kita saling menguatkan agar tetap teguh pada idealisme.

    paulusjanuar@wapda.com

    BalasHapus