20100110

MENGHADAPI MASA GLOBALISASI (Drs. Tonny Waworuntu)

MENGHADAPI MASA GLOBALISASI
Drs. Tony Waworuntu

Keberadaan Kelompok Cipayung hendaknya dipertahankan guna kesinambungkan Indonesia yang kita cita-citakan, sebab kesifatan dan kewatakan Kelompok Cipayung memiliki dan bertumpu pada idealisme. Kelompok Cipayung sebagai pola yang terdiri atas beberapa organisasi mahasiswa, seperti sebuah roda yang berkait dengan jari-jari dan bercorak warna-warni yang saling berbeda. Namun ketika roda sedang berputar mulai berubah menjadi salah satu warna tertentu.
Dewasa itu dalam perkembangan dari kegiatan Kelompok Cipayung cenderung seakan-akan sedang menghilang, baik secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan beberapa periode Kelompok Cipayung yang lalu. Kajian-kajian Kelompok Cipayung yang lampau dapat dibaca melalui media-massa, dan tersirat bahwa kajian-kajian itu bertolak dari percaya diri dalam sekelompok organisasi mahasiswa. Kelompok Cipayung periode 1970-1985 dianggap berada pada titik puncak. Ketika itu, kebebasan dan kemandirian Kelompok Cipayung merupakan kekuatan untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa dibelokkan oleh pengaruh-pemgaruh di luar Kelompok Cipayung.
Menurunnya kegiatan Kelompok Cipayung mungkin disebabkan oleh kadar kebersamaan yang sedang merosot, atau tekanan iklim politik yang sedang meningkat, atau sistim pendidikan perguruan tinggi, atau hal-hal lain. Padahal sikap kebersamaan yang merupakan jiwa dari kehidupan Kelompok Cipayung, semangat untuk mendorong kekuatan moral, dan kemauan untuk menghadapi perkembangan sosial masa kini. Saya melihat bahwa pokok-pokok pikiran Kelompok Cipayung selama beberapa periode ditanggapi secara obyektif dan positif oleh masyarakatan, sebab pokok-pokok pikiran itu sebagian besar tertuju pada kepentingan dan kebutuhan rakyat terbanyak.
Dalam pengalaman saya ketika saya aktif sebagai unsur Kelompok Cipayung, hampir setiap bulan ada pertemuan untuk membicarakan tentang situasi sosial yang sedang berlangsung. Apabila masalah-masalah sosial yang dianggap penting, pokok-pokok pikiran akan dikeluarkan dan diteruskan kepada pihak pemerintahan dan masyarakat sebagai gagasan-gagasan konstruktif.
Di sisi lain, dalam target pokok-pokok pikiran bukan menghancurkan dari suatu struktur kekuasaan yang berlaku, yang memegang kunci sosial-politik bagi seluruh aspek kenegaraan, melainkan terbatas pada gagasan-gagasan untuk memperbaiki dalam iklim dan kondisi sosial yang belum diwujudkan. Pertemuan-pertemuan Kelompok Cipayung tersebut yang terus-menerus menimbulkan saling percaya di antara organisasi-organisasi mahasiswa yang bersangkutan, serta juga memunculkan jati diri dan lebih tebal yang diperoleh forum kebersamaan seperti itu.
Pengalaman-pengalaman tersebut dan corak kebersamanan yang menggali akar-akar pemikiran situasi sekelilingnya, menanamkan modal untuk investasi bagi pemecahan-pemecahan sosial, serta memberikan suatu sumbangan yang berarti bagi negara. Kebersamaan Kelompok Cipayung juga merupakan persemaian dari embrio-embrio kebangsaan dari unsur-unsur Kelompok Cipayung yang bersifat majemuk, dan tujuannya rata-rata berpola homogen. Oleh karena itu, Kelompok Cipayung harus dianggap sebagai suatu potensial untuk menanam dan memupuk atas kelahiran persatuan bangsa.
Untuk itu, tentu ada kebersamaan bangsa bagi kegiatan-kegiatan kongkrit untuk menyelesaikan persoalan di atas, serta mengupayakan agar dasar-dasar pembangunan nasional dapat disempurnakan. Kelompok Cipayung dianggap sebagai salah satu wadah alternatif dari kekuatan moral terhadap masalah-masalah tersebut. Namun dalam periode struktur kegiatan Kelompok Cipayung, kiprah dan fitrah seakan-akan sedang sirna dibandingkan kegiatan sebelumnya. Untuk kembali kepada kiprah dan fitrah Kelompok Cipayung, pertama-tama adalah kembali lagi pengalaman-pengalaman yang lalu sebagai tanggapan-tanggapannya. Berdasarkan hal itu, dapat dipaparkan sebagai berikut:
Pertama, kegiatan-kegiatan Kelompok Cipayung, khususnya mekanisme dan struktur Kelompok Cipayung hendaknya diperluas baik secara kuantitas maupun kualitas, tetap dipelihara berdasarkan corak dan pola wadah kelompok itu. Contoh di atas tadi antara lain, mekanisme tersebut hendaknya diperluas misalnya, ditambah dengan beberapa alumni Kelompok Cipayung. Metode dan mekanisme yang baru mungkin membuka peluang gagasan-gagasan baru, sebab sebagian besar para alumni Kelompok Cipayung rata-rata memiliki informasi dari seluruh bidang negara.
Kedua, mengaktifkan kembali Yayasan Dharma Mahasiswa Indonesia, sebab yayasan tersebut sudah didirikan pada tahun 1975 oleh Kelompok Cipayung. Kegiatan yayasan itu diusulkan antara lain, adalah membentuk suatu mekanisme yang mengarah pada sistim dan struktur keuangan, sehingga dampak hal ini dapat memberikan masukan-masukan kepada kegiatan Kelompok Cipayung agar lebih leluasa dalam target pelaksanaannya. Aktivitas yayasan berada pada sifat mandiri dan tidak tergantung pada kekuatan-kekuatan di luar Kelompok Cipayung. Oleh karena itu, yayasan di atas hendaknya dibenahi dan ditata sebagaimana mestinya menurut kesepakatan Kelompok Cipayung.
Ketiga, untuk menghadapi globalisasi ekonomi harus
mempersiapkan manajemen dan administrasi ekonomi negara, serta kegiatan-kegiatan yang terkait dari hal tersebut. Titik berat globalisasi ekonomi adalah, kebebasan dan persaingan produk industri antarnegara dalam perdagangan. Oleh sebab itu, untuk mempersiapkan hal di atas tadi hendaknya harus diperhatikan tentang kriteria-kriteria kebebasan dan persaingan agresif tentang produk industri antarnegara misalnya, motivasi perindustrian berdasarkan hak-hak otonomi kaum buruh yang secara demokratis, membuka peluang terhadap kebebasan kaum buruh dalam inovasi secara adil, memperkuat jati diri kaum buruh sebagai suatu bangsa, dan lain-lain. Apabila kriteria tersebut tidak dilaksanakan, maka setiap agresif ekonomi negeri asing yang sedang maju dapat mempengaruhi melalui kebijakan ekonomi negara kita dalam tindakan-tindakan ekonomi.
Berdasarkan hal-hal di atas, hendaknya Kelompok Cipayung mengeluarkan gagasan-gagasan baru yang memiliki wawasan-wawasan berbobot terhadap perikemanusiaan. Dalam rangka menyambut globalisasi masa yang akan datang, hendaknya Kelompok Cipayung mendiskusikan definisi-definisi asas keadilan, kepastian hukum, dan demokrasi politik berdasarkan kesadaran moral agar pada masa yang akan datang merupakan alternatif terhadap usulan-usulan di luar Kelompok Cipayung dan dapat membuka peluang cakrawala yang lebih luas.

Drs. Tony Waworuntu- Mantan Ketua Umum PP GMKI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar